A. Profil Umum Daerah Irigasi Sanrego
Daerah Irigasi Sanrego dengan lokasi Bendung terletak di Desa Sanrego Kecamatan Kahu Kabupaten Bone dengan luas areal 9.457 Ha. Daerah irigasi Sanrego masuk dalam Wilayah Sungai Walanae Cenranae. Hulu saluran sekunder D.I Sanrego yaitu sekunder palakka dan sekunder pao. Sedangkan Tengahnya terdapat sekunder batu-batu, sekunder libocing. Sekunder tappale dan sekunder cenrana. Adapun hilinya terdapat sekunder mattoangin dan sekunder laburasseng.
Berikut ini adalah lokasi pelayanan daerah irigasi Sanrego sebagai berikut :
-
-
-
-
- Desa Sanrego Kecamatan Kahu Kabupaten Bone
- Desa Bonto Padang Kecamatan Kahu Kabupaten Bone
- Desa Tompong Patu Kecamatan Kahu Kabupaten Bone
- Desa Biru Kecamatan Kahu Kabupaten Bone
- Desa Cenrana Kecamatan Kahu Kabupaten Bone
- Desa Carima Kecamatan Kahu Kabupaten Bone
- Desa Maggenrang Kecamatan Kahu Kabupaten Bone
- Desa Cakkela Kecamatan Kahu Kabupaten Bone
- Desa Labuaja Kecamatan Kahu Kabupaten Bone
- Desa Balle Kecamatan Kahu Kabupaten Bone
- Desa Palakka Kecamatan Kahu Kabupaten Bone
- Desa Hulu Kecamatan Kahu Kabupaten Bone
- Desa Tappale Kecamatan Libureng Kabupaten Bone
- Desa Laborasseng Kecamatan Libureng Kabupaten Bone
-
-
-
B. Sejarah Perkembangan Daerah irigasi Sanrego
Bendung Sanrego selesai dibangun pada tahun 1989. Secara umum kondisi Bendung pada saat ini baik dan berfungsi sebagaimana direncanakan. Daerah Irigasi Sanrego semula direncanakan seluas 9.457 Ha. Namun sampai saat ini jaringan irigasi yang telah dibangun hanya untuk areal irigasi seluas 6.712 Ha. Areal potensial seluas 2.745 Ha saat ini masih berupa sawah tadah hujan. Bangunan utama untuk melayani areal irigasi Sanrego adalah dari bendung Sanrego yang terletak di Sungai Sanrego. Untuk menambah ketersediaan air yang terbatas, dibangun 2 buah bendung suplesi, yaitu bendung suplesi Maradda dan Parota.
C. Lokasi Daerah Irigasi Sanrego
Daerah Irigasi Sanrego terletak sekitar 140 km dari Kota Makassar ke arah Kota Bonemelalui Camming. Daerah Irigasi Sanrego termasuk dalam wilayah, Kabupaten Bone. Daerah irigasi ini berada dalam dua wilayah Kecamatan, yaitu : Kecamatan Kahu dan Kecamatan Libureng. Secara geografis terletak pada : 4⁰ 51’ - 5⁰ 00’ LS dan 120⁰ 02’ - 120⁰ 08’ BT. Lokasi Daerah Irigasi Sanrego seperti disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Lokasi Daerah Irigasi Sanrego
D. Sumber Air
Sungai utama sebagai sumber air untuk melayani kebutuhan air Daerah Irigasi Sanrego adalah dari Sungai Sanrego. Dengan daerah tangkapan air sampai di bendung Sanrego seluas 179,42 km2. Untuk menambah ketersediaan air irigasi, dibangun 2 buah bendung suplesi, yaitu : bendung suplesi Maradda dan bendung suplesi Parota. Bendung Maradda dibangun pada Sungai Biru, dengan luas daerah tangkapan air 20.8 km2. Sedangkan bendung Parota dibangun pada sungai Parota, dengan luas daerah tangkapan air 31.8 km2.

Gambar 2 Peta Daerah Aliran Sungai Sanrego
E. Ketersediaan Air
Ketersediaan air di Bendung Sanrego atau debit andalan dihitung berdasarkan data debit yang tersedia sejak tahun 2007 – 2018, yang dikelola oleh Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan-Jeneberang, sebagaimana ditunjukkan pada Data adalah sebagai berikut.
Tabel 1 Debit andalan Sungai Sanrego (Q80% )
|
Januari |
Februari |
Maret |
April |
Mei |
Juni |
||||||
|
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
|
9.98 |
8.55 |
9.23 |
8.52 |
7.52 |
8.73 |
9.62 |
7.98 |
7.97 |
7.85 |
8.17 |
7.32 |
|
Juli |
Agustus |
September |
Oktober |
Nopember |
Desember |
||||||
|
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
|
5.56 |
5.20 |
3.88 |
3.53 |
3.41 |
3.03 |
3.02 |
2.90 |
2.51 |
3.43 |
4.52 |
5.44 |
Sumber: Hasil Perhitungan
F. Alokasi Air
Kebutuhan air untuk berbagai jenis tanaman sesuai dengan anjuran pola tanam dihitung berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi (KP-1). Hal-hal yang mempengaruhi jumlah kebutuhan air tanaman di areal persawahan adalah sebagai berikut :
- Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
- Kebutuhan air untuk konsumtip tanaman
- Kebutuhan air untuk perkolasi
- Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air di petakan sawah
- Curah hujan efektif
Perhitungan kebutuhan air untuk irigasi disajikan pada Data Pendukung (DI Sanrego), dan hasilnya diringkas sebagai berikut:
Tabel 2 Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Irigasi

Sumber: Hasil Perhitungan
- Kehilangan air di Saluran Tersier : 20 %
- Kehilangan air di Saluran Sekunder : 10 %
- Kehilangan air di Saluran Induk : 10 %
Berdasarkan data-data tersebut maka kebutuhan air irigasi 2 mingguan di Intake Bendung Sanrego untuk mengairi areal irigasi seluas 6.000 ha dengan pola tanam Padi – Padi – Palawija adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Kebutuhan Air untuk Irigasi
|
Januari |
Februari |
Maret |
April |
Mei |
Juni |
|||||||
|
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
|
|
10.1 |
6.2 |
7.2 |
6.9 |
6.8 |
2.5 |
4.1 |
5.5 |
7.3 |
6.5 |
3.5 |
6.0 |
|
|
Juli |
Agustus |
Septembe |
Oktober |
Nopember |
Desember |
||||||
|
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
|
2.3 |
6.1 |
4.4 |
2.3 |
0.7 |
2.0 |
2.9 |
3.1 |
2.9 |
1.6 |
10.6 |
10.9 |
Sumber: Hasil Perhitungan
G. Profil Teknis
Daerah irigasi Sanrego memiliki luas areal 9.457 Ha. Namun sampai saat ini jaringan irigasi yang telah dibangun hanya untuk areal irigasi seluas 6.712 Ha. Areal potensial seluas 2.745 Ha saat ini masih berupa sawah tadah hujan. Data saluran induk dan saluran pembawa daerah irigasi Sanrego dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Data saluran induk dan saluran pembawa daerah irigasi Sanrego
|
No |
Nama Saluran |
Panjang saluran (meter) |
Luas Layanan (Ha) |
|
1 |
Sal. Induk Sanrego |
11.470 m |
813 Ha |
|
2 |
Sal. Sekunder Palakka |
5.740 m |
653 Ha |
|
3 |
Sal. Sekunder Parota |
9.570 m |
659 Ha |
|
4 |
Sal. Sekunder Libocing |
2.320 m |
346 Ha |
|
5 |
Sal. Sekunder Tappale |
940 m |
162 Ha |
|
6 |
Sal. Sekunder Mattoangin |
2.030 m |
375 Ha |
|
7 |
Sal. Sekunder Laburasseng |
2.350 m |
358 Ha |
|
8 |
Sal. Sekunder Pao |
2.580 m |
337 Ha |
|
9 |
Sal. Sekunder Maradda |
1.900 m |
186 Ha |
|
10 |
Sal. Sekunder Batu-Batu |
3.840 m |
305 Ha |
|
11 |
Sal. Sekunder Jara Mele |
3.020 m |
402 Ha |
|
12 |
Sal. Sekunder Cenranae |
1.650 m |
270 Ha |
|
13 |
Sal. Sekunder Barang |
1.470 m |
134 Ha |
|
14 |
Sal. Sekunder Aming |
11.160 m |
1.273 Ha |
|
15 |
Sal. Sekunder Carima |
720 m |
158 Ha |
H. Kondisi Fisik Jaringan Irigasi
1. Kondisi Bangunan Utama
Bangunan utama untuk melayani areal irigasi Sanrego adalah dari bendung Sanrego yang terletak di Sungai Sanrego. Untuk menambah ketersediaan air yang terbatas, dibangun 2 buah Bendung Suplesi, yaitu Bendung Suplesi Maradda dan Parota. Bendung Sanrego yang terletak di Desa Sanrego Kecamatan Kahu Kabupaten Bone dengan kondisi saat ini masih dalam kondisi baik. Hal itu berdasarkan pengamatan di lapangan serta pengumpulan data-data mengenai Bendung Sanrego. Namun pada saat ini kondisi pintu pengambilan dan pintu penguras sudah ada yang susah dioperasikan dan perlu ada perbaikan ulang.

Gambar 3 Bendung Sanrego
Bendung Sanrego
Data teknis bendung Sanrego :
a. Daerah tangkapan air : 179,40 km2
b. Dimensi Bendung :
- Tipe : Bendung tetap tipe cascade (bertingkat), dengan konstruksi pasangan batu yang diselimuti beton.
- Elevasi mercu : + 171,45 m (mercu atas)
: + 165,80 m (mercu bawah)
- Elevasi puncak dinding :
: + 177,19 m (dinding hulu)
: + 171,10 m (dinding tengah)
: + 165,15 m (dinding hilir)
- Lebar bersih pelimpah : 37,75 m
- Total lebar bendung : 46,30 m
- Tinggi bendung : 4,10 m (mercu atas)
: 4,10 m (mercu bawah)
- Panjang olakan : 39,20 m (bendung atas)
: 45,80 m (bendung bawah)
- Panjang tanggul kiri : 263 m
- Panjang tanggul kanan : 191 m
- Lebar total penguras : 5,50 m
- Pintu penguras : B = 2,00 m x H = 4,20 m x 2 bh.
c. Bangunan Pengambilan :
- Pintu pengambilan : B = 2,00 m x H = 1,70 m x 3 bh
Bendung Biru (Maradda)
Data teknis bendung Biru :
a. Daerah tangkapan air : 20,80 km2
b. Dimensi Bendung :
- Tipe : Bendung tetap dengan konstruksi pasangan batu
- Elevasi mercu : + 173,47 m
- Lebar bersih pelimpah : 35,00 m
- Total lebar bendung : 37,00 m
- Tinggi bendung : 2,00 m
- Lebar total penguras : 2,00 m
- Pintu penguras : B = 1,00 m x H = 2,10 m
c. Bangunan Pengambilan :
- Pintu pengambilan : B = 1,00 m x H = 1,05 m x 1 bh
Bendung Parota
Data teknis bendung Parota :
a. Daerah tangkapan air : 30,80 km2
b. Dimensi Bendung :
- Tipe : Bendung tetap dengan konstruksi pasangan batu
- Elevasi mercu : +155,60
- Lebar bersih pelimpah : 16,50 m
- Total lebar bendung : 20,00 m
- Tinggi bendung : 5,00 m
- Lebar total penguras : 3,50 m
- Pintu penguras : B = 2,00 m; H = 1,70 m.
c. Bangunan Pengambilan :
- Pintu pengambilan : B = 1,00 m; H = 1,00 m.
2. Kondisi Bangunan dan Pintu Air
Kondisi bangunan dan pintu daerah irigasi Sanrego sebagian besar masih dalam kondisi baik dan beberapa bangunan dan pintu mengalami kerusakan, baik rusak ringan, rusak sedang maupun rusak berat. Data mengenai kondisi fisik bangunan dan pintu daerah irigasi Sanrego dapat dilihat pada lampiran 7.
Bangunan irigasi yang ada pada Daerah Irigasi Sanrego total sebanyak 264 buah, dengan rincian sebagaimana yang tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5 Daftar Panjang Saluran dan Jumlah Bangunan

3. Saluran Pembawa
Saluran irigasi pada DI. Sanrego terdiri dari : saluran induk, saluran suplesi, saluran sekunder dan saluran tersier. Adapun data hasil penelusuran jaringan irigasi untuk kondisi fisik saluran irigasi daerah irigasi Sanrego dapat dilihat pada lampiran 7.
I. Rencana Tata Tanam (RTT)
Luas areal fungsional DI. Sanrego dari data Pengamat Pengairan Sanrego adalah 4751 ha. Presentase luas tanam yang biasanya tercapai dari data tanam musim-musim sebelumnya rata-rata adalah :
- MT I : Padi1 (100 %)
- MT II : Padi2 (55 %) dan Palawija (2 %)
Tabel 2.6 Data Pertanaman Daerah Irigasi Sanrego
Musim Tanam I (MT-I)

Musim Tanam II (MT-II)

J. Rencana Pembagian Air (RPA)
Rencana Pembagian Air (RPA) adalah rencana pemberian air pada setiap pintu sadap tersier dan pada bangunan bagi atau bangunan kontrol selama 1 (satu) tahun, berdasarkan rencana tata tanam yang telah disepakati oleh Komisi Irigasi. Unsur-unsur yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun RPA yaitu :
- Kebutuhan air pada tingkat jaringan utama
- Kehilangan air disaluran disebabkan :
- karena operasi di bangunan,
- karena penyaluran di saluran,
- karena pemanfaatan tidak efektif di petak tersier.
Cara pemberian air
ada 2 cara pemberian air untuk tanaman pada petak-petak sawah, yaitu :
- penggenangan terus-menerus (contohnya padi),
- pemberian air terputus-putus (contohnya palawija).
Air yang tersedia, bisa didapat dari :
- air hujan.
- air dari sumber air (sungai, embung, waduk, danau, mata air, dll).
Air yang tersedia selalu berubah-ubah dari waktu - ke waktu.
Penggenangan terus – menerus

Q = ET + P + R – He
dimana :
Q = debit yang dialirkan dari saluran ke petak sawah
ET = evapo transporasi
R = kehilangan air karena bocoran
P = perkolasi
He= hujan efektif
Kebutuhan air untuk berbagai jenis tanaman sesuai dengan anjuran pola tanam dihitung berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi (KP-1). Hal-hal yang mempengaruhi jumlah kebutuhan air tanaman di areal persawahan adalah sebagai berikut :
- Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
- Kebutuhan air untuk konsumtip tanaman
- Kebutuhan air untuk perkolasi
- Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air di petakan sawah
- Curah hujan efektif
Perhitungan kebutuhan air untuk irigasi disajikan pada Data (DI Sanrego), dan hasilnya diringkas sebagai berikut:

Tabel 7 Perhitungan kebutuhan air untuk irigasi
Sumber: Hasil Perhitungan
- Kehilangan air di Saluran Tersier : 20 %
- Kehilangan air di Saluran Sekunder : 10 %
- Kehilangan air di Saluran Induk : 10 %
Berdasarkan data-data tersebut maka kebutuhan air irigasi 2 mingguan di Intake Bendung Sanrego untuk mengairi areal irigasi seluas 6.000 ha dengan pola tanam Padi – Padi – Palawija adalah sebagai berikut:
Tabel 8 Kebutuhan Air untuk Irigasi
|
Januari |
Februari |
Maret |
April |
Mei |
Juni |
||||||
|
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
|
10.1 |
6.2 |
7.2 |
6.9 |
6.8 |
2.5 |
4.1 |
5.5 |
7.3 |
6.5 |
3.5 |
6.0 |
|
Juli |
Agustus |
September |
Oktober |
Nopember |
Desember |
||||||
|
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
|
2.3 |
6.1 |
4.4 |
2.3 |
0.7 |
2.0 |
2.9 |
3.1 |
2.9 |
1.6 |
10.6 |
10.9 |
Sumber: Hasil Perhitungan
Neraca Air
Berdasarkan ketersedia air yang ada di Bendung Sanrego dan kebutuhan air untuk irigasi maka kesetimbangan air atau neraca air DI Sanrego disajikan sebagai berikut:

Gambar 4 Grafik Neraca Air DI Sanrego
K. Pola dan Jadwal Tanam
Pola tanam adalah gambaran rencana tanam berbagai jenis tanaman selama waktu satu tahun. Rencana tata tanam suatu daerah irigasi adalah suatu daftar perhitungan atau grafik yang menggambarkan hal-hal sebagai berikut :
- Berapa rencana luas tanam.
- Kapan diadakan pengeringan saluran.
- Kapan mulai tanam.
Tabel 9 Pola Tanam dan Jadwal Tanam Daerah Irigasi Sanrego Kabupaten Bone
|
No |
Musim Tanam |
Jenis Tanaman |
Pegolahan Lahan |
Awal Tanam |
|
1 |
MT I |
Padi Gaduh |
Oktober |
Oktober |
|
2 |
MT II |
Padi Rendengan |
April |
April |
Jadwal tanam definitif setiap tahun atau musim tanam tergantung kepada kondisi musim / kondisi hidrologi pada saat itu yang ditetapkan oleh pada saat tudang sipulung dengan hasil kesepakatan petani. Secara umum pola tanam yang umum dilaksanakan adalah sebagai berikut :
|
Musim Tanam Ke- |
Luas Areal Tanam (Ha) |
Bulan |
Luas Areal Panen |
Rata² Produksi Ton/Ha |
|||||||||||
|
Jan |
Feb |
Mar |
Apr |
Mei |
Jun |
Jul |
Agu |
Sep |
Okt |
Nov |
Des |
||||
|
MT-I |
6407 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6407 |
6.0 |
|
MT-II |
6407 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6407 |
5.8 |
|
Intensitas Tanam Padi : 100% |
|||||||||||||||
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2020
Gambar 5 Pola Tanam Eksisting di Daerah Irigasi Sanrego
Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat terdapat perbedaan antara rencana jadwal tanam dan Pola tanam eksisting di Daerah Irigasi Sanrego serta dengan menggunakan pola rotasi tersier. Pada musim tanam I dimulai di pertengahan Bulan Oktober, jenis tanaman yaitu padi dengan luas areal tanam sebesar 6407 Ha, luas areal panen 6407 Ha dan rata-rata produksi 6,0ton/ha.
Pada musim tanam II dimulai di awal Bulan April jenis tanaman yaitu padi 6407 ha, rata-rata produksi 5,8 ton/ha.
L. Profil Kelembagaan P3A/GP3A/IP3A
Pentingnya kelembagaan P3A dibangun oleh karena P3A merupakan wadah dari petani dan untuk petani sendiri yang mengelola air irigasi.Peranan P3A sangat besar untuk diserahi tugas dan tanggung jawab dibidang O&P, khususnya di jaringan tersier. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah wadah untuk menampung kepentingan dan kegiatan petani secara bersama dalam mengelola air irigasi dalam satu atau lebih petak tersier. P3A merupakan perkumpulan lembaga social masyarakat yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. Tujuan dibentuknya P3A adalah untuk mengorganisasikan petani dalam melaksanakan tugas dan kewajiban pembangunan, rehabilitasi, O&P jaringan irigasi dalam petak tersier atau mendayagunakan potensi air irigasi yang tersedia didalam petak tersier dalam rangka peningkatan kesejahteraan para petani pemakai air sebagai anggota P3A.
Dimana peran serta petani pemakai air dalam pengembangan, pengoperasian dan pemeliharaan jaringan irigasi merupakan penegasan kembali ketentuan-ketentuan yang telah ada seperti UU RI No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan dan PP RI No. 23 Tahun 1982 tentang Irigasi. Dalam PP RI No. 23 Tahun 1982 peran serta petani dimungkinkan dalam hal: pengurusan (Pasal 2 ayat 2), pembangunan air irigasi (Pasal 17 dan 18), perkumpulan petani pemakai air (Pasal 20), pembangunan jaringan irigasi desa (tersier) (Pasal 26), eksploitasi dan pemeliharaan (pasal 28 ayat 2), pengamanan (Pasal 32), dan pembiayaan untuk pembangunan, eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi (Pasal 33 ayat 3 dan Pasal 35 ayat 3).
Status hukum P3A/GP3A yang ada di DI. Sanrego terdiri dari dua tingkatan yaitu ; (1) AD/ART sudah disahkan oleh Bupati, (2) sudah memiliki Akta Notaris, dan untuk terdftar dipengadilan Negeri masih berproses. Adapun ringkasan status P3A/GP3A yang sudah terbentuk sebagai berikut :
Tabel 10 Status P3A/GP3A Yang Sudah Terbentuk di daerah irigasi Sanrego
|
Organisasi |
Jumlah Yang Sudah Terbentuk |
Status Hukum |
Unit |
Persentase |
|
IP3A |
0 |
SK Bupati |
0 |
0 |
|
Akta Notaris |
|
|
||
|
Terdaftar di Pengadilan Negeri |
|
|
||
|
GP3A |
6 |
SK Bupati |
6 |
100 |
|
Akta Notaris |
|
|
||
|
Terdaftar di Pengadilan Negeri |
|
|
||
|
P3A |
122 |
SK Bupati |
122 |
100 |
|
Akta Notaris |
|
|
||
|
Terdaftar di Pengadilan Negeri |
|
|
Sumber :Data Sekunder PSETK, 2020