A. Profil Umum Daerah Irigasi (DI) Pattiro
Daerah Irigasi Pattiro dengan lokasi Bendung terletak di Desa Padangloang Kecamatan Cina Kabupaten Bone dengan luas areal 4.970 Ha. Daerah irigasi Pattiro masuk dalam Wilayah Sungai Walanae Cenranae. Hulu saluran sekunder D.I Pattiro yaitu sekunder parippung, sekunder corawali dan sekunder watu. Sedangkan Tengahnya terdapat lapeccang, sekunder apala dan sekunder cinnong. Adapun hilinya terdapat sekunder kalepae, sekunder kampuno dan sekunder bajo.
Berikut ini adalah lokasi pelayanan daerah irigasi Pattiro sebagai berikut :
-
-
-
-
-
- Desa Awo Kecamatan Cina (560 Ha)
- Desa Samaelo Kecamatan Barebbo (204 Ha)
- Desa Apala Kecamatan Barebbo (557 Ha)
- Desa Carawali Kecamatan Barebbo (178 Ha)
- Desa Kampuno Kecamatan Barebbo
- Desa Parippung Kecamatan Barebbo
- Desa Sugiale Kecamatan Barebbo
-
-
-
-
B. Sejarah Perkembangan Daerah irigasi Pattiro
Daerah irigasi Pattiro dibangun pada tahun 1927, dan pada tahun anggaran 2014 dan 2015 ada pekerjaan perbaikan saluran berupa lining pasangan batu pada beberapa tempat, namun tidak pada keseluruhan ruas saluran. Bendung Pattiro dibangun pada tahun 1927, secara umum kondisi fisik Bendung pada saat ini baik dan berfungsi, namun karena sudah berumur tua maka ada kebocoran/kerusakan di pintu penguras dan pintu pengambilan. Selain itu, bangunan pengambilan bendung Pattiro tidak dilengkapi dengan alat ukur debit.
C. Lokasi Daerah Irigasi Pattiro
Daerah Irigasi Pattiro terletak di 5 kecamatan yaitu: Kecamatan Sibulue, Barebbo, Palakka, Cina dan Sibutung Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Peta DI Pattiro sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Lokasi daerah irigasi Pattiro
D. Sumber Air
Sumber air utama untuk daerah irigasi Pattiro berasal dari Sungai Pattiro WS Walanae-Cenranae Kabupaten Bone. Bendung Pattiro terletak di desa Padang loang Kec. Cina Kabupaten Bone.
E. Ketersediaan Air
Debit Andalan
Ketersediaan air di Bendung Pattiro atau debit andalan (Q80%) dihitung berdasarkan data debit yang tersedia sejak tahun 2010 – 2019, yang dikelola oleh Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan-Jeneberang dan Dinas PUTR Provinsi Sul-Sel, sebagaimana ditunjukkan pada Data dan hasilnya adalah sebagai berikut.
Tabel 1 Debit andalan di Bendung Pattiro (Q80% )
|
Januari |
Februari |
Maret |
April |
Mei |
Juni |
|||||||
|
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
|
|
0.61 |
0.72 |
0.83 |
0.73 |
0.72 |
0.96 |
1.93 |
2.76 |
2.18 |
7.15 |
13.61 |
3.83 |
|
|
Juli |
Agustus |
September |
Oktober |
Nopember |
Desember |
||||||
|
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
|
4.05 |
2.80 |
0.98 |
0.49 |
0.56 |
0.33 |
0.30 |
0.30 |
0.39 |
0.69 |
0.46 |
1.17 |
F. Alokasi Air
Kebutuhan air untuk berbagai jenis tanaman sesuai dengan anjuran pola tanam dihitung berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi (KP-1). Hal-hal yang mempengaruhi jumlah kebutuhan air tanaman di areal persawahan adalah sebagai berikut :
- Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
- Kebutuhan air untuk konsumtip tanaman
- Kebutuhan air untuk perkolasi
- Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air di petakan sawah
- Curah hujan efektif
Perhitungan kebutuhan air untuk irigasi disajikan pada Data Pendukung, dan hasilnya diringkas sebagai berikut:
Tabel 2 Perhitungan kebutuhan air untuk irigasi

Sumber: Hasil Perhitungan
- Kehilangan air di Saluran Tersier : 20 %
- Kehilangan air di Saluran Sekunder : 10 %
- Kehilangan air di Saluran Induk : 10 %
Berdasarkan data-data tersebut maka kebutuhan air irigasi 2 mingguan di Intake Bendung Pattiro untuk mengairi areal irigasi seluas 4923 ha dengan pola tanam Padi – Palawija – Padi dengan intensitas tanam 145% adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Kebutuhan Air untuk Irigasi (Padi – Palawija - Padi)
|
Januari |
Februari |
Maret |
April |
Mei |
Juni |
|||||||
|
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
|
|
1.71 |
1.21 |
1.62 |
1.39 |
1.17 |
0.54 |
2.52 |
4.96 |
4.44 |
6.17 |
3.38 |
5.21 |
|
|
Juli |
Agustus |
September |
Oktober |
Nopember |
Desember |
||||||
|
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
|
4.61 |
4.72 |
3.08 |
1.72 |
0.53 |
0.65 |
0.63 |
0.62 |
0.28 |
0.99 |
1.64 |
1.81 |
Sumber: Hasil Perhitungan
G. Profil Teknis
Daerah irigasi Pattiro memiliki luas areal 4.970 Ha. Data saluran induk dan saluran pembawa daerah irigasi Pattiro dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Data saluran induk dan saluran pembawa daerah irigasi Pattiro
|
No |
Nama Saluran |
Panjang saluran (meter) |
Luas Layanan (Ha) |
|
1 |
Sal. Induk Pattiro |
10.266 m |
1.115 Ha |
|
2 |
Sal. Sekunder Lapeccang |
2.117m |
298 Ha |
|
3 |
Sal. Sekunder Apala |
1.978 m |
344 Ha |
|
4 |
Sal. Sekunder Carawali |
1.289 m |
178 Ha |
|
5 |
Sal. Sekunder Waru |
2.422 m |
334 Ha |
|
6 |
Sal. Sekunder Parippung |
883 m |
60 Ha |
|
7 |
Sal. Sekunder Kampuno |
5.363 m |
591 Ha |
|
8 |
Sal. Sekunder Kalepae |
5.053 m |
397 Ha |
|
9 |
Sal. Sekunder Ajang Pulu |
519 m |
53 Ha |
|
10 |
Sal. Sekunder Amesangeng |
950 m |
150 Ha |
|
11 |
Sal. Sekunder Cinnong |
2.563 m |
99 Ha |
|
12 |
Sal. Sekunder Bajo |
3.206 m |
231 Ha |
H. Kondisi Fisik Jaringan Irigasi
1. Kondisi Bangunan Utama
Bendung Pattiro dibangun pada tahun 1927, secara umum kondisi fisik Bendung pada saat ini baik dan berfungsi, namun karena sudah berumur tua maka ada kebocoran/kerusakan di pintu penguras dan pintu pengambilan. Selain itu, bangunan pengambilan bendung Pattiro tidak dilengkapi dengan alat ukur debit.
Berdasarkan hasil pengumpulan data sekunder, kajian dan analisa data teknis yang telah diperoleh pada bendung pattiro adalah sebagai berikut :
Tabel 5 Kajian dan Analisa Data Teknis pada Bendung Pattiro
|
BENDUNG PATTIRO |
||
|
Tahun pembuatan |
: |
1925 |
|
Lokasi |
: |
Desa Padang Loang Kecamatan Cina Kabupaten Bone |
|
Koordinat |
: |
4o37'17,74" S 120o15'50,18" E |
|
Nama sungai |
: |
Sungai Pattiro |
|
Manfaat |
: |
Potensial : 4944 ha |
|
Jumlah pintu intake |
: |
2 buah |
|
Jumlah pintu penguras |
: |
1 buah |
|
Lebar intake |
: |
@ 2,2 meter |
|
Lebar penguras |
: |
@ 2,2 meter |
|
Tinggi bendung |
: |
2 meter |
|
Lebar bendung |
: |
90 meter |
|
Jenis bendung |
: |
Tetap |
|
Sketsa |
: |
|
2. Kondisi Bangunan dan Pintu Air
Kondisi bangunan dan pintu daerah irigasi Pattiro sebagian besar masih dalam kondisi baik dan beberapa bangunan dan pintu mengalami kerusakan, baik rusak ringan, rusak sedang maupun rusak berat. Data mengenai kondisi fisik bangunan dan pintu daerah irigasi Pattiro dapat dilihat pada lampiran 7.
3. Saluran Pembawa
Sistem saluran pembawa pada daerah irigasi Pattiro terdiri atas saluran induk, saluran sekunder, saluran suplesi, saluran muka dan saluran tersier. Adapun data hasil penelusuran jaringan irigasi untuk kondisi fisik saluran irigasi daerah irigasi Pattiro dapat dilihat pada lampiran 7.
Saluran Induk
Saluran Induk Pattiro mempunyai panjang 12.608 km, dengan jumlah bangunan bagi 1 buah, bangunan bagi/sadap 3 buah, dan bangunan sadap 3 buah, serta bangunan pelengkap sebanyak 52 buah dengan sebagian besar berupa tangga cuci sebanyak 21 buah.
Petak tersier yang mengambil air langsung dari Saluran Induk Pattiro melalui bangunan bagi/sadap dan bangunan sadap tersier ada 11 petak dengan luas areal 1.115,00 ha.
Saluran Sekunder
Pada DI Pattiro terdapat 11 saluran sekunder dengan panjang total 29.863 km dengan jumlah bangunan 97 buah yang terdiri dari bendung 2 buah, bangunan bagi/sadap dan bangunan sadap 24 buah dan bangunan pelengkap 71 buah.
Petak Tersier
Petak tersier pada DI Pattiro sebanyak 59 petak dengan luas areal potensial 4940,00 ha.
I. Rencana Tata Tanam (RTT)
Sesuai dengan data rencana dan realisasi tanam tahun 2015 – 2019, pola tanam yang ada sekarang ialah padi – padi/palawija dengan intensitas tanam 175%, walaupun pada musim kemarau harus dilakukan giliran air.
Sesuai dengan debit andalan (Q80), untuk meningkatkan pendapatan, kesempatan kerja, dan mendukung pembangunan pertanian kedepan, setelah jaringan irigasi diperbaiki serta untuk mencapai intensitas tanam maksimal, maka direkomendasikan pola tanam sesuai kondisi air yang tersedia yaitu:
- Musim tanam I (Musim Hujan) mulai dari April-1 : Padi
- Musim tanam II (Musim Kemarau) mulai dari Agustus-1 : Palawija
- Musim tanam III (Musim Kemarau) mulai dari November-2 : Padi
Pada saat sekarang maka dianjurkan tetap mengikuti pola tanam yang ada karena keterbatasan debit yang tersedia, yaitu Padi – Padi/Palawija. Anjuran Pola Tanam ini harus didiskusikan dengan petani dan disosialisasikan dalam rapat tudang sipulung tingkat daerah irigasi.
J. Rencana Pembagian Air (RPA)
Berdasarkan ketersedian air yang ada di Bendung Pattiro dengan keandalan 80% terpenuhi, serta kebutuhan air untuk irigasi guna mengairi areal seluas 4.923,00 ha dengan pola tanam Padi – Palawija – Padi dengan intensitas tanam 145% maka kelihatan bahwa ada beberapa periode yang menunjukkan bahwa debit kebutuhan air lebih besar dari debit yang tersedia, sehingga pada kondisi tersebut perlu dilakukan pemberian air sesuai Faktor K atau secara giliran.

Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 2 Grafik Neraca Air DI Pattiro (Q80%)
Apabila debit yang tersedia di Bendung Pattiro dengan keandalan 50% terpenuhi dengan pola tanam yang sama yaitu Padi – Palawija – Padi maka intensitas tanam yang dicapai ialah 175% sebagaimana ditunjukkan pada grafik berikut.

Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 3 Grafik Neraca Air DI Pattiro (Q50%)
Pada grafik tersebut diatas kelihatan bahwa ada beberapa periode yang menunjukkan kebutuhan air lebih besar dari debit yang tersedia, sehingga perlu dilakukan pemberian air sesuai Faktor K atau secara giliran.
K. Pola dan Jadwal Tanam
Pola tanam adalah gambaran rencana tanam berbagai jenis tanaman selama waktu satu tahun. Rencana tata tanam suatu daerah irigasi adalah suatu daftar perhitungan atau grafik yang menggambarkan hal-hal sebagai berikut :
Tabel 6 Pola Tanam dan Jadwal Tanam Daerah Irigasi Pattiro Kabupaten Bone
|
No |
Musim Tanam |
Jenis Tanaman |
Pegolahan Lahan |
Awal Tanam |
|
1 |
MT I |
Padi Gaduh |
Oktober |
Oktober |
|
2 |
MT II |
Padi Rendengan |
April |
April |
- Berapa rencana luas tanam.
- Kapan diadakan pengeringan saluran.
- Kapan mulai tanam.
Jadwal tanam definitif setiap tahun atau musim tanam tergantung kepada kondisi musim / kondisi hidrologi pada saat itu yang ditetapkan oleh pada saat tudang sipulung dengan hasil kesepakatan petani. Secara umum pola tanam yang umum dilaksanakan dapat dilihat Gambar 4.
|
Musim Tanam Ke- |
Luas Areal Tanam (Ha) |
Bulan |
Luas Areal Panen |
Rata² Produksi Ton/Ha |
|||||||||||
|
Jan |
Feb |
Mar |
Apr |
Mei |
Jun |
Jul |
Agu |
Sep |
Okt |
Nov |
Des |
||||
|
MT-I |
4.970 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.970 |
6,0 |
|
MT-II |
4.970 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4000 |
5,8 |
|
Intensitas Tanam Padi : 100% Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2020 |
|||||||||||||||
Gambar 4 Pola Tanam Eksisting di Daerah Irigasi Pattiro Kabupaten Bone
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat terdapat perbedaan antara rencana jadwal tanam dan Pola tanam eksisting di Daerah Irigasi Pattiro serta dengan menggunakan pola rotasi tersier. Pada musim tanam I dimulai di pertengahan Bulan Oktober, jenis tanaman yaitu padi dengan luas areal tanam sebesar 4970 Ha, luas areal panen 4970 Ha dan rata-rata produksi 6,0 ton/ha.
Pada musim tanam II dimulai di awal Bulan April jenis tanaman yaitu padi 4000 ha, rata-rata produksi 5,8 ton/ha.
L. Profil Kelembagaan P3A/GP3A/IP3A
Pentingnya kelembagaan P3A dibangun oleh karena P3A merupakan wadah dari petani dan untuk petani sendiri yang mengelola air irigasi.Peranan P3A sangat besar untuk diserahi tugas dan tanggung jawab dibidang O&P, khususnya di jaringan tersier. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah wadah untuk menampung kepentingan dan kegiatan petani secara bersama dalam mengelola air irigasi dalam satu atau lebih petak tersier. P3A merupakan perkumpulan lembaga social masyarakat yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. Tujuan dibentuknya P3A adalah untuk mengorganisasikan petani dalam melaksanakan tugas dan kewajiban pembangunan, rehabilitasi, O&P jaringan irigasi dalam petak tersier atau mendayagunakan potensi air irigasi yang tersedia didalam petak tersier dalam rangka peningkatan kesejahteraan para petani pemakai air sebagai anggota P3A.
Dimana peran serta petani pemakai air dalam pengembangan, pengoperasian dan pemeliharaan jaringan irigasi merupakan penegasan kembali ketentuan-ketentuan yang telah ada seperti UU RI No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan dan PP RI No. 23 Tahun 1982 tentang Irigasi. Dalam PP RI No. 23 Tahun 1982 peran serta petani dimungkinkan dalam hal: pengurusan (Pasal 2 ayat 2), pembangunan air irigasi (Pasal 17 dan 18), perkumpulan petani pemakai air (Pasal 20), pembangunan jaringan irigasi desa (tersier) (Pasal 26), eksploitasi dan pemeliharaan (pasal 28 ayat 2), pengamanan (Pasal 32), dan pembiayaan untuk pembangunan, eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi (Pasal 33 ayat 3 dan Pasal 35 ayat 3).
Status hukum P3A/GP3A yang ada di DI. Pattiro terdiri dari dua tingkatan yaitu ; (1) AD/ART sudah disahkan oleh Bupati, (2) sudah memiliki Akta Notaris, dan untuk terdftar dipengadilan Negeri masih berproses. Adapun ringkasan status P3A/GP3A yang sudah terbentuk sebagai berikut :
Tabel 7 Status P3A/GP3A yang Sudah Terbentukpada daerah irigasi Pattiro
|
Organisasi |
Jumlah Yang Sudah Terbentuk |
Status Hukum |
Unit |
Persentase |
|
IP3A |
1 |
SK Bupati |
0 |
0 |
|
Akta Notaris |
|
|
||
|
Terdaftar di Pengadilan Negeri |
|
|
||
|
GP3A |
6 |
SK Bupati |
6 |
100 |
|
Akta Notaris |
5 |
95 |
||
|
Terdaftar di Pengadilan Negeri |
|
|
||
|
P3A |
51 |
SK Bupati |
51 |
100 |
|
Akta Notaris |
51 |
100 |
||
|
Terdaftar di Pengadilan Negeri |
51 |
100 |
Sumber :Data Sekunder PSETK, 2020
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pada daerah irigasi Pattiro sudah terbentuk Induk P3A dan untuk GP3A/P3A yaitu 6 GP3A dan 51 P3A yang difasilitasi dengan Anggaran dasar dan rumah tangga. Dan untuk Akte notaris dan serta Pengadilan Negeri sudah ada yang difasilitasi program PISP tahun 2009 oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten.
